Soneratia alba adalah salah satu jenis pohon mangrove yang sangat umum ditemukan di berbagai asosiasi mangrove di Baluran. Kemampuan adaptasinya yang sangat tinggi terhadap berbagai kondisi genangan air laut membuatnya menjadi jenis yang paling tangguh untuk hidup di sini. Jadi jika anda jalan-jalan di sekitar hutan mangrove di Baluran maka anda akan memenukan kondisi daunnya yang selalu hijau meskipun dia hidup di daerah pasang tertinggi yang bisa jadi sangat jarang “kesiram” air laut.
Kebanyakan Soneratia alba tumbuh dengan ukuran yang besar, batang monpodial berwarna berwarna putih tua hingga coklat. Akarnya menjalar di bawah tanah, kemana-mana seperti ketela rambat lalu menjulang ke permukaan tanah yang kemudian dikenal sebagai akar nafas. Orang Jawa menyebut pohon ini pedada, beberapa julukan daerah lain seperti perepat, pidada, bogem, bidada, posi posi, wahat, putih, berapak, bangka, susup, kedada, muntu, puput dan mange-mange. Sangat beragam memang, membuktikan wilayah distribusinya yang sangat luas. Wilayah sekitar dermaga Bama, masih di kawasan Taman Nasional Baluran, anda akan melihat sebatang pohon raksasa menjulah di antara daun-daun hijau pohon mangrove dan hutan pantai. Jika anda tidak kesulitan, cobalah ukur dan berapa orang yang dibutuhkan untuk merangkul batang pohon itu.
Bapak Ir.Suwendra adalah orang yang pertama kali mendeklarasikan bahwa pohon ini tebesar di dunia untuk jenis Soneratia alba adalah Bapak Ir.Suwendra. Saat itu beliau menjabat sebagai Kepala Seksi Pemanfaatan di Taman Nasional Baluran sekitar tahun 1990-an. Sebelum bertugas di Taman Nasional Baluran, beliau telah mengukur tanaman mangrove se-Indonesia dan menurut data yang ada pada waktu itu tercatat bahwa jenis pohon Soneratia alba yang terbesar di dunia berada di Papua, dengan keliling pohon ± 3 meter. Setelah beliau bertugas di Taman Nasional Baluran dan mengetahui bahwa ada jenis pohon Soneratia alba yang besar, kemudian beliau mengukurnya, dan kelilingnya ± 4,5 meter. 1,5 meter lebih lebar dari pedada Papua.
Petugas Taman Nasional Baluran, 19 tahun kemudian, melakukan lagi pengukuran dan ternyata kelilingnya membengkak menjadi 9,32 m. Jadi butuh berapa orang dewasa untuk merangkul pedada raksasa ini. Jadi tidak berlebihan bukan, kalau pedada di Taman Nasional Baluran disebut sebagai pedada terbesar di dunia. Perlu diketahui juga, Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia (2,5-4 juta ha) melebihi luas hutan mangrove Brasil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 juta ha) (Spalding, dkk, 1997). Jika anda jadi mampir ke lokasi pohon ini disarankan menggunakan baju/kaos lengan panjang, pakai topi dan jangan lupa lotion pengusir nyamuk. Hal istimewa lainnya yang dapat kita saksikan selama perjalanan ke tempat ini banyak atraksi-atraksi satwa yang menarik untuk dilihat, diantaranya kicauan burung, monyet ekor panjang maupun lutung hitam yang sedang bermain dan mencari makan. Soneratia alba ini dijadikan sebagai tempat tidurnya ratusan kalong. Kalong ini tidur pada waktu pagi sampai dengan sore. Karena banyaknya kalong yang tidur di pohon ini, kondisi pohon ini pun terganggu dan dikhawatirkan pohon ini akan mati, karena pada waktu tidur kalong ini menancapkan kuku-kukunya pada cabang atau ranting pohon yang pada akhirnya merusak jaringan pohon ini. Tetapi syukurlah kalong ini datangnya musiman yaitu pada awal musim penghujan dan pergi pada awal musim kemarau. Berdasarkan pengamatan harian, musim banyaknya kalong yang ada atau melintasi wilayah Resort Bama berkisar antara bulan Desember s/d Februari. Pada tahun 2006 pohon ini masih dijadikan tempat tidurnya kalong, akan tetapi pada tahun 2007 s/d 2009 sudah tidak dijadikan tempat tidurnya lagi.
Kondisi terkini dari pohon Soneratia alba yang ada di Taman Nasional Baluran yang merupakan jenis pohon terbesar di dunia ini masih cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya dua buah cabang yang masih berdiri kokoh pada pangkal batang utama yang besar. Selain itu ditunjukkan daun-daunnya yang masih hijau. Akan tetapi bagian bawah pohon ini ada yang growong, yang dijadikan sebagai habitat dari berbagai reptil dan serangga. Kulit batangnya sudah banyak yang mengelupas, mungkin disebabkan karena usianya yang sudah sangat tua. Sebagai tambahan pengetahuan umum, Soneratia alba (pedada) ternyata mempunyai banyak manfaat, diantaranya: buah pohon ini rasanya asam sehingga sangat disukai oleh hewan pemakan buah (monyet ekor panjang atau berbagai jenis burung pemakan buah). Akar nafas dari pohon in bisa digunakan sebagai tutup botol, sedangkan kayunya bisa dimanfaatkan juga untuk bahan bangunan, bahkan oleh orang Sulawesi kayunya bisa dimanfaatkan untuk membuat perahu. Subhanallah banyak sekali manfaatnya … Oleh karena itu marilah kita menjaga dan melestarikannya.
Dikutip dari: Utami, N. 2009. Soneratia alba raksasa. Savana baluran: Berkarya untuk hutan lestari. Vol. 1: 21—22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar